Siapapun yang pagi-pagi pergi ke kantornya untuk bekerja menurut pandangan
dari hampir semua agama mengatakan pekerjaaan yang dilakukannya merupakan suatu
ibadat. Bagi seorang Kristiani kerja adalah
ibadat(h), yaitu penyembahan kepada Allah. Kerja adalah wahana respons manusia
kepada Allah. Kita memuliakan Allah melalui kerja kita. Kerja adalah bahasa
utama dalam merespons panggilan Allah, juga wahana bagi kehidupan beriman.
Kerja adalah keutamaan ungkapan dari iman yang otentik. Mengalami panggilan
Allah dalam kerja berarti setiap individu dipimpin oleh Allah dan diajak untuk
hidup, bekerja dan melayani dalam terang kearifan dan Roh Allah. Meja kerja
adalah ‘altar’ tempat kita berjumpa dengan Allah.
Keputusan-keputusan dan
tindakan-tindakan kita adalah wahana nilai-nilai pengajaran dan penyembuhan
Kristus mewujud nyata. Metode profesional dan aplikasinya adalah pekerjaan yang
diilhami oleh Roh Kudus dan dikerjakan dengan rasa hormat dan tanggung jawab.
Karya-karya hasil profesi adalah wujud-wujud kesaksian dan pemeliharaan Allah
di mana di dalamnya terkandung iman kristiani kita. Jika profesi menjadi ritual
macam ini, maka nafsu kita untuk menang dan maju sendiri akan mereda, sebab
bukan niat kita yang paling utama dalam ritus ini, melainkan niat Allah yang
Mahabaik. Banyak hal yang dalam pandangan sekuler disebut sebagai ukuran
kebahagiaan, semisal besaran harta, jenjang pangkat, ukiran prestasi, nama
baik, keunggulan kompetisi, pencapaian target, besaran profit, pengakuan, bukan
lagi sesuatu yang dicari, melainkan sesuatu yang diberi. “Apakah yang ada
padamu yang tidak kamu terima,” begitu pertanyaan Paulus yang menantang mereka
yang membanggakan apa pun yang dimilikinya.
Paradigma demikian pada setiap kerja profesional ataupun non-profesional
akan menjauhkan orang dari kesia-siaan, kebosanan, keluhan, dan tekanan.
Sebaliknya, membebaskan dan menyegarkan. Mari kita menekuni dan menjalani
profesi masing-masing dengan penuh gairah dan penuh rasa hormat dan tanggung
jawab dengan memahami bahwa pekerjaan kita adalah amanah Allah dan
keikutsertaan yang penuh sukacita dalam pekerjaan pemeliharaan Allah di dunia
ini.
Dalam pandangan Islam bekerja dipandang sebagai ibadah.
Sebuah hadits menyebutkan bahwa bekerja adalah jihad fi sabilillah. Sabda Nabi
Saw, “Siapa yang bekerja keras untuk mencari nafkah keluarganya, maka ia adalah
mujahid fi Sabillah”(Ahmad).
Dalam pandangan umat Budha,
fungsi kerja paling sedikit menyangkut tiga segi: 1. untuk
memberikan kesempatan kepada manusia memanfaatkan dan mengembangkan kemampuannya;
2. memungkinkan manusia mengatasi kecenderungan “egosentris”-nya dengan ikut
serta bersama orang-orang lain dalam suatu tugas bersama; 3. untuk
menghasilakan barang atau jasa yang diperlukan bagi suatu kehidupan.
Mengejar kesenangan dengan melalaikan kerja, akan dinilai sebagai kurang
pengertian terhadap salah satu kebenaran dasar dari eksistensi manusia. Kerja
dan kesenangan adalah dua bagian yang saling melengkapi dalam proses kehidupan,
yang tak dapat dipisahkan tanpa merusak kegairahan kerja itu sendiri maupun
kesenangan atau bersantai-santai.
Berdasarkan pandangan-pandangan tentang pekerjaan di atas,
di harapkan bahwa seseorang yang pagi berangkat untuk bekerja akan sungguh
menyadari dan menghayati pekerjaannya sebagai ibadat(h), sesuai dengan
keyakinan yang dianutnya.
Sebelumnya muncul dan berkembangnya internet seperti
sekarang ini, orang yang bekerja artinya orang yang setiap hari berangkat pagi
ke suatu tempat kerja di mana ia terikat kontrak. Di sana ia melakukan suatu pekerjaan
sesuai dengan tupoksinya.
Internet yang kini berkembang
baik secara teknologi maupun jumlah pengguna menurut penulis membuka peluang
bagi para pengguna untuk memandang soal kerja ini dari aspek yang lain. Hal mana kerja model ini dapat
dilakukan secara online. Dalam hal ini seseorang dapat saja terikat dengan satu
tempat kerja yang berpusat di suatu tempat lain apakah di negara yang sama atau
negara lain. Pada jam yang telah disepakati maka ia menghidupkan komputernya
dan mulai bekerja secara online, semuanya dapat dilakukan melalui
telecoference. Kalau seperti ini maka rekan kerja dapat tersebar di mana-mana,
mungkin ada yang tinggal di Indonesia, Inggris, Filipina, Brasil, Malaysia dan
lain-lain. Akan halnya pekerjaan
offline, seseorang yang bekerja secara online pun perlu menyadari dan
menghayati pekerjaannya sebaga ibadat.
Perbandingan tentang kerja
offline dan online di atas mengandaikan bahwa seseorang dapat terikat kontrak
dengan suatu perusahan. Ketika seseorang terikat dengan suatu perusahaan
tertentu, di sini sebenarnya dikenal yang namanya boss dan anak buah. Saya
sebagai karyawan (anak buah) bekerja untuk kepentingan dari boss yang saya
ikuti.
Pada titik ini, seseorang (baca:
karyawan) belum sepenuhnya mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Karna
selalu berada di bawah kontrol, maka potensi yang diaktualisasikannya tidak
maksimal. Saya mau buat lebih banyak sesuai dengan pengetahuan saya, tetapi
apakah nanti diterima oleh boss saya? Jangan-jangan saya dianggap sebagai
saingan.
Kalau pekerjaan yang dilakukan
itu adalah sebagai ibadah, dan lebih dari itu untuk 1. memberikan kesempatan
kepada manusia memanfaatkan dan mengembangkan kemampuannya; dan 2. memungkinkan
manusia mengatasi kecenderungan “egosentris”-nya dengan ikut serta bersama
orang-orang lain dalam suatu tugas bersama; maka mengapa tidak sebaiknya
merintis dan mengembangkan sendiri suatu pekerjaan di mana anda menjadi bossnya
sendiri?
Masih dalam konteks perkembangan
internet, maka sebenarnya peluang untuk bekerja secara online membuka suatu
peluang baru di mana seseorang tidak harus mengikatkan diri dengan suatu
perusahaan, tetapi mengelola sendiri usahanya. Kini semakin terbuka bahwa
trading online adalah suatu pekerjaan yang dapat dilakukan oleh setiap orang.
Seseorang dapat mengelola usaha ini sendiri secara online.
Namun, apakah ada kemauan untuk
bekerja mandiri? Hal mana ketika terhubung dengan internet anda sudah dapat
bekerja dari rumah? Selain kemauan, hal lain lain yang penting adalah pengetahuan
dan pengalaman. Seseorang yang sudah memiliki pengetahuan secukupnya tentang
trading forex namun tidak memiliki pengalaman soal trading, akan sia-sia
baginya untuk memasuki pasar forex.
Sekaranglah saat yang tepat untuk
belajar, dan mengalami cara kerja online khususnya trading online. Di masa yang
akan datang trading online (khususnya forex) akan semakin mudah dan menjadi
suatu pilihan pekerjaan yang membebaskan orang untuk mengaktualisasikan potensi
yang dimilikinya. @@@
Stefan Sikone
Sumber:
http://verbumcenter.blogspot.com
=================
0 komentar:
Posting Komentar